Apa Penyebab Pesawat Kecelakaan?
Baru saja kita membaca dan mendengar berita jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU jatuh di dekat Lanud Suwondo bekas Bandara Polonia Medan pada tanggal 30 Juni 2015 kemarin dan menewaskan ratusan orang penumpangnya. Pesawat yang sedianya mengangkut logistik dengan tujuan Tanjung Pinang sebelumnya berangkat dari Lanud Abdur Rachman Saleh Malang, menuju Lanud Adi Sucipto Yogyakarta, kemudian ke Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, lanjut ke Lanud Dumai dan Lanud Suwondo, tapi malang pesawat jatuh saat menuju Lanud Tanjung Pinang. Menurut informasi bahwa pilot sempat meminta agar pesawat RTB (return to base / kembali ke landasan) dan meminta berbelok ke kanan tapi sudah jatuh sebelum mendapat kontak dari Lanud Medan. Sebelumnya pesawat penerbangan komersial Air Asia Surabaya - Singapura, juga jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Tragedi kecelakaan pesawat sudah menjadi perhatian kita, terutama yang sering menggunakan jasa pesawat terbang untuk bepergian. Banyak yang khawatir dan mulai mempertanyakan seberapa amankah bepergian dengan pesawat terbang?
Penyebab umum pesawat jatuh / kecelakaan
1. Kesalahan teknis pesawat.
Konon inilah penyebab yang paling umum pada kecelakaan. Adanya kegagalan pada sistem pesawat setelah terbang puluhan ribu jam, auto pilot mati, kegagalan pada kedua mesin. Pesawat mengalami lepas kendali ketika menanjak (stall warning). ketinggian ekstrim. Kerusakan pada struktur pesawat yang bisa merusak badan pesawat dan mesin.
Konon inilah penyebab yang paling umum pada kecelakaan. Adanya kegagalan pada sistem pesawat setelah terbang puluhan ribu jam, auto pilot mati, kegagalan pada kedua mesin. Pesawat mengalami lepas kendali ketika menanjak (stall warning). ketinggian ekstrim. Kerusakan pada struktur pesawat yang bisa merusak badan pesawat dan mesin.
2. Kesalahan pilot (human error)
Reaksi yang tidak tepat / buruk dari pilot saat krisis. mengambil keputusan yang salah, pilot melakukan bunuh diri (kondisi kejiwaan yang tidak stabil-seperti pada kasus co pilot German Wings), pilot mengalami disorientasi. Dalam kondisi genting seperti ini, demi keselamatan penumpangnya pilot bisa mengambil posisi autopilot atau berkonsultasi dengan menara pengawas.
Reaksi yang tidak tepat / buruk dari pilot saat krisis. mengambil keputusan yang salah, pilot melakukan bunuh diri (kondisi kejiwaan yang tidak stabil-seperti pada kasus co pilot German Wings), pilot mengalami disorientasi. Dalam kondisi genting seperti ini, demi keselamatan penumpangnya pilot bisa mengambil posisi autopilot atau berkonsultasi dengan menara pengawas.
3. Cuaca buruk.
Badai yang kuat akan menyebabkan kerusakan pada sayap pesawat. Petir juga bisa menyambar, meski ekor pesawat dilengkapi dengan sumbu statis untuk menangkal petir. Hujan es dan hujan deras dapat menyebabkan mesin pesawat terbakar. Meskipun demikian pesawat dirancang untuk tetap bisa terbang meskipun badai parah melanda. Tapi banyak faktor yang menyebabkan pesawat tetap rentan kecelakaan saat cuaca buruk melanda. Seperti yang diperkirakan dialami oleh Pesawat Air Asia QZ 8501 dari Surabaya menuju Singapura yang jatuh di Selat Karimata akhir tahun lalu.
4. Penumpukan es di bagian sayap dan ekor dapat menyebabkan kecelakaan pesawat.
Jika pesawat berada di ketinggian yang suhu udaranya sangat rendah bisa menyebabkan penumpukan es di bagian sayap dan ekor pesawat yang jika tidak diantisipasi oleh pilot bisa membahayakan pesawatnya dan bisa menimbulkan kecelakaan.
5. Dibajak.
Pesawat yag ditumpangi teroris atau kumpulan orang yang mempunyai misi tertentu dan menekan dunia internasional dengan membajak pesawat terbang komersil. Jika permintaan mereka tidak dipenuhi biasanya mereka tidak segan-segan untuk melakukan aksi membahayakan penumpang dan pesawat. Banyak kecelakaan pesawat terjadi karena dibajak.
6. Bom.
Beberapa pesawat dalam sejarah mengalami kecelakaan disebabkan oleh bom. Meskipun sebelum naik pesawat dilakukan pemeriksaan secara detail pada barang bawaan penumpang maupun bagai mereka tetapi tetap saja ada yang lolos. Biasanya bom juga terkait dengan kelompok teroris yang melakukan aksi bunuh diri di atas pesawat dan menyebabkan pesawat kecelakaan. Jika pesawat meledak di udara maka akan ditemukan puing-puing pesawat dalam ukuran besar dan tersebar.
7. Tertembak atau ditembak oleh teroris /serangan militer.
Selain di bajak dan dibom satu lagi ulah teroris adalah menembak pesawat udara komersil. Atau pesawat melintas di daerah yang sedang bertikai dan berkonflik sehingga tertembak oleh rudal / serangan militer dari pihak-pihak yang bertikai. Seperti yang dialami oleh pesawat Malaysia MH yang terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur di tembak di Ukraina setahun lalu.
8. Masalah keamanan landasan.
Landasan juga berpengaruh pada kecelakaan. Kita sering mendengar pesawat tergelincir, lari keluar landasan sehingga menyebabkan kecelakaan.
9. Kesalahan Air Trafiic Controller mengarahkan pesawat.
Menara ATC adalah mata dan telinga pilot saat pesawatnya mengalami kondisi kritis. Keputusan yang diambil pilot adalah sesuai dengan arahan menara ATC. Namun petugas menara ATC meskipun terlatih tetaplah manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan dalam mengarahkan pilot, sehingga pesawat bukannya keluar dari kondisi kritis tapi malah kecelakaan.
10. Manajemen alutsista.
Khusus untuk kasus Hercules di atas dan kecelakaan pesawat militer Indonesia disebabkan oleh manajemen alutsista yang amburadul. Tidak dilakukannya modernisasi persenjataan dan pesawat tempur menjadi salah satu kendala pada sistem pertahanan Indonesia. Persenjataan maupun pesawat masih mengandalkan pesawat tua yang sudah uzur meskipun mesinnya masih terawat baik, seperti halnya pesawat Hercules C-130 di atas adalah buatan tahun 1964 (sudah berumur 51 tahun). Tapi logika tetap bisa digunakan mana mungkin pesawat tua bisa melakukan fungsinya dengan baik jika sudah dipergunakan selama bertahun-tahun tanpa ada peremajaan? Masalah anggaran kah penyebabnya? Wallahu alam.
Comments
Post a Comment