Tips Mengajarkan Anak Soal Marah
Mengapa harus mengajarkan anak mengontrol amarahnya?
- Mengajarkan marah pada anak itu gampang-gampang susah, apalagi anak belum paham mengapa dia harus mengontrol emosinya. Kalau dia ingin marah, berteriak, menangis dan frustrasi tidak boleh ada yang melarangnya.
- Anak-anak dengan pikirannya yang belum matang, belum paham mengapa dia harus mengontrol marahnya. Mengapa dia harus mengatur agar marahnya tidak berdampak negatif bagi diri dan orang lain.
- Mengajarkan anak-anak sejak dini bagaimana mengontrol amarahnya akan mendidik mereka untuk lebih bisa mengendalikan emosi dari dalam dirinya, mengeluarkan dan menyalurkan emosi negatif secara positif.
Tips mengajarkan anak soal marah
(1) Katakan kalau marah itu wajar
- Saat anak anda mulai marah dan siap-siap mengamuk, katakan padanya bahwa anda tahu kalau dia lagi marah. Katakan selembut mungkin bahwa marah itu wajar, karena semua orang punya emosi negatif. Katakan bahwa anda juga kadang marah jika ada yang tidak berkenan di hatinya.
(2) Katakan bahwa marah itu boleh asal :
- tidak menyakiti orang lain. Marah boleh tapi kata-kata yang dikeluarkan sebaiknya dikontrol jangan sampai menyakiti hati orang lain. Apalagi sampai menyakiti fisik orang lain. Katakan jika posisi di balik, anak anda yang berada dalam posisi anak / orang yang kena marah. Pasti sangat tidak nyaman mendengar kata-kata yang kasar apalagi sampai menerima kekerasan fisik dari orang yang marah.
- tahu tujuan marah dan konsekuensinya. Tujuan marah adalah untuk memberitahu orang lain bahwa ada hal / sikap orang lain yang membuat kita tak nyaman. Bukan ingin menyakiti hati atau badan mereka. Dia sudah tahu bahwa disakiti itu tidak enak dan membalas dengan menyakitinya tidak akan memecahkan masalah. Konsekuensinya, orang lain mungkin akan membalas sehingga terjadi perkelahian / pertengkaran dan membuat hubungan pertemanan menjadi renggang atau malah dijauhi orang lain karena diketahui punya sifat suka narah dan menyakiti.
- tidak menyakiti diri sendiri. Marah boleh tapi alih-alih mengungkapkannya malah menyakiti diri sendiri, seperti mengatai diri bodoh, tolol, tak berguna atau bahkan menyakiti fisiknya seperti membentur-benturkan kepala ke tembok, memukul-mukul badan dengan benda yang bisa melukainya. Katakan bahwa menyakiti diri sendiri tidak akan menyelesaikan masalahnya. Badan adalah tanggung jawabnya untuk memeliharanya, harus dijaga dan bukan untuk disakiti.
- tidak merusak barang. Ajarkan anak untuk tidak memecahkan atau melempar barang saat dirinya sedang marah. Katakan bahwa barang-barang itu tak ada hubungannya dengan kemarahannya. Barang-barang itu tak ikut terlibat dan bukan penyebab kemarahannya. Barang-barang itu ada untuk membantunya memudahkan hidupnya. Jika dia merusak barang-barang karena marah ajarkan padanya untuk bertanggung jawab atas kelakuannya. Barang yang dipecahkan, dipatahkan atau dirusakkan harus dikembalikan seperti semula. Jika dia tidak mampu untuk memperbaikinya atau menggantinya dengan yang baru, jangan merusaknya. Katakan, bahwa semua barang yang dirusaknya harus diganti kalau perlu dengan memotong uang jajannya.
(3) Katakan untuk membicarakan perasaannya.
- Katakan pada anak anda untuk mengemukakan secara baik-baik apa yang membuatnya marah. Sampaikan dengan tenang tanpa harus bersuara keras, berteriak, mengamuk atau menangis jerit-jerit.
- Yang paling penting adalah pesannya sampai. Apa yang membuatnya marah diketahui oleh orang lain bahkan pada orang yang membuatnya marah. Orang akan menerima pesan dengan baik jika disampaikan dengan ramah ketimbang berteriak-teriak tidak jelas.
Comments
Post a Comment